“Karena dari kegelapan rahim, manusia lahir. Dari lautan terdalam, ikan-ikan bermunculan. Dan dari gelapnya tanah, kecambah tumbuh dan membesar. Lihat, bukankah semua kehidupan diawali dari warna hitam?”
Itu
menurutmu. Tapi bagiku, hitam adalah perlambang keberadaanmu. Satu warna yang
terus melekat, bahkan sampai akhir kisah kita di tangga yang membawa sosokmu
selamanya.
***
Cerpen pertama saya yang diterima oleh media. Rencananya
selama 2018 saya mau lebih rajin lagi menulis dan mengirim. Namun berhubung
kuliah semakin berat, saya harus membagi-bagi waktu (dan perasaan) untuk hobi
yang satu ini.
Hitam yang Memelukmu, kalau bisa saya jabarkan, adalah kisah
tentang seorang pemuda yang memendam rasa cintanya kepada sahabat perempuannya
sendiri (klise, iya aku tahu). Sahabat perempuannya ini bernama Seila,
penggemar kelas berat warna hitam, dan punya hobi melukis.
Meski cerita dibawa dari sudut pandang si pemuda, kita
justru digiring untuk mengetahui lebih dekat, siapa itu Seila? Kenapa ia suka
melukis? Kenapa ia melukis di atas kanvas hitam? Dan kenapa warna hitam menjadi
warna kesukaannya selama ini?
Saya tidak terlalu ingat bagaimana proses kepenulisan cerpen satu ini. Selain setelah selesai, saya mengirimkannya berjamaah kepada beberapa
teman yang saya ketahui suka menulis di surel. Saya mendapat beberapa masukan,
lalu mengubah sedikit dari apa yang mereka komentari. Kemudian memberanikan
diri mengirim ke media.
Setelah tiga bulan, ada pemberitahuan. Jujur saja, saya
cukup senang saat itu (SENANG BANGET OEMJI!! COBA AING LEBIH SERING NGIRIM AJA
NJIR, KULIAH BIKIN SUMPEK ASDFGHJKL!).
Ahem.
Pokoknya, setelah lolos, saya bahagia. Dan terpicu untuk menulis
lebih rajin lagi (meski sekarang hanya jadi sekadar resolusi basi semata).
Yak, jika penasaran bagaimana isi cerpennya, sila dibaca di
bawah cuap-cuap berikut.
HITAM YANG
MEMELUKMU
Hitam.
Warna yang melambangkan duka.
pada sebuah pemakaman di musim hujan. Berderet-deret orang
menunduk—seakan-akan—sedih pada pusara kakekku. Ada yang terisak, ada yang
hanya memasang wajah datar, sisanya bosan tak berkesudahan. Bahkan ada yang
mengecek arlojinya secara berkala: tidak sabaran mendengar ocehan pemuka agama
yang memimpin acara berdoa.
Tanah yang lembek, gerimis yang
turun, dan di antara payung-payung yang sewarna pakaian para hadirin—hitam
pekat penuh keanggunan, kutemukan dirimu terselip di antara wajah-wajah tua bau
tanah.
Seila.
Ingatanku kembali ke hari kita
masihlah sepasang bocah, ingusan, selalu penasaran, dan sering kena omelan.
Kerap kulihat kau selalu memakai pakaian berwarna hitam—kalau bukan gelap. Yang
dengan alasan klise kau menjelaskan, “Aku suka hitam biar gak cepat kotor.”
Namun semakin besar, kau pun
beranjak menjadi remaja tanggung yang manis. Sisa-sisa keluguanmu luntur,
tergantikan obrolan seputar cowok dan gosip anak-anak cewek.
Tapi masih, hitam itu terus
melekat tanpa ampun ke tubuhmu. Mulai dari tas, bando, aksesoris, celak, sampai
ke sepasang bola matamu yang dalam—seolah menarikku ke palung tak berujung.
Semakin lama, kau pun tumbuh
menjadi gadis yang cantik. Pernah suatu kali aku memergokimu sedang sendirian
di galeri sekolah. Sedang sibuk mencampur adukkan warna di atas pet, mengambil
kuas, lalu beranjak dan—DOR! Kau terpekik kaget, pet di tanganmu hampir jatuh.
Dengan kesal kau memukul tanganku, mengeluh jantungmu mau copot. Kupikir yang jantungnya
terancam lepas adalah punyaku. Apalagi melihat senyum sebalmu yang imut itu.
Seperti biasa kau mendekam di
dalam ruang galeri sejak kelas XI. Kau
ketagihan dengan seni. Ini semua karena sebuah lukisan yang dihadiahkan Papamu
sebagai penyesak dinding kamar—menurutku. Namun bagimu, lukisan itu adalah
anugerah, cinta juga kasih sayang (sumpah aku tidak mengerti di bagian
mananya).
Lukisan itu dilukis di atas
kanvas berwarna hitam. Menggunakan cat-cat berwarna putih dan kadang suram, kau
melihatnya sebagai sebuah gambar yang melambangkan sesuatu. Seekor kupu-kupu
cantik di tengah nuansa hitam. Kadang kau menatap lukisan itu lamat-lamat,
jelas pikiranmu terlempar ke beberapa tahun silam.
Untuk membacanya lebih lanjut, bisa klik ke link GoGirl